5 taun yang lalu, aku masih duduk bersama denganmu, menikmati beberapa hari dengan secangkir teh. Menikmati senja bersama ketika kau kembali pulang. Perasaan yang penuh antara saudara. Pernah disore hari kamu bertanya kepadaku "apa kabar seisi rumah ini, apa ada satu hal yang tidak aku tau selama ini". Aku hanya menyimpulkan senyumku dan berkata "tenang semua baikbaik saja". Harihari kedepan kulalui dengan kegembiraan tanpa ketenangan. Waktu itu hari minggu kedua dibulan april, kita pergi berdua ke pernikahan sahabatmu. Melihatmu seakan aku tak menyadari, bahwa ada satu keputusan Tuhan yang tak pernah aku terima ditaun itu. April taun ke taun selalu membawa mendung dibatinku. Aku pernah mencintai lebih dari diriku sendiri. Aku pernah menghargai lebih dari diriku sendiri. Aku pernah menghormati lebih dari diriku sendiri. Sampai april memisahkan antar saudara dengan dunia yang berbeda. Aku tak pernah memaafkan diriku sendiri dan hanya memaki pula orang lain atas satu keputusan Tuhan. Seperti kebetulan nyata yang berarti takdir.
Aku menulis ini tepat di april minggu kedua di taun 2018. Saat ini keadaanku jauh lebih baik. Aku mengerti dan memahami apa itu memaafkan. Sehingga ada napas segar untuk perjalananku kedepan, tanpa terpaku pada bab kehidupan sebelumnya.
"Tanpa kita sadari bahwa satu hal yang berlebihan itu tidaklah baik, karena saat kita mencinta dengan berlebihan dan keadaan serta waktu memaksa kita untuk menerima kehilangan. Hanya 2 yang bisa kita lakukan, menyalahkan diri sendiri atau memaki orang lain tanpa henti"